MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015, PELUANG ATAU ANCAMAN ?


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA – atau ASEAN ECONOMIC COMMUNITY),  disetting sebagai tujuan akhir dari integrasi ekonomi negara-negara ASEAN, seperti yang dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020 :

…to create a stable prosperous and highly competitive ASEAN economic region in which there is a free flow of goods, services, investment, skillled labour and a free flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparities in year 2020.

MEA dipilih oleh negara-negara ASEAN untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi rakyatnya secara bersama-sama, mengingat cara ini merupakan opsi yang paling efisien dibandingkan bila upaya peningkatan kemakmuran dilakukan  secara unilateral.

MEA dalam upaya peningkatkan kemakmuran ekonomi dilakukan melalui penguatan  daya saing untuk memenangkan kompetisi global, melalui tahapan integrasi pasar domestik sebagai pasar tunggal dan integrasi basis produksi sehingga pada akhirnya mendorong peningkatan daya saing dalam menembus pasar global.

Oleh sebab itu, pencapaian MEA dilakukan melalui empat tahapan strategis, meliputi : pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global.

Persiapan Matang

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Phnom Penh (Rabu, 21/11) – seperti yang dikutip harian Kompas, menyatakan bahwa : “ Indonesia menyadari harus siap betul. Sekarang kita tengah secara serius mempersiapkan diri. Mudah-mudahan nanti pada saatnya kita siap menjadi bagian dari Komunitas Ekonomi ASEAN”.

Persetujuan Indonesia untuk menandatangani kesepakatan kerja sama menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 dan Kerja Sama Ekonomi Regional Komprehensif (Regional Comprehensive Economic Partnership – kerja sama ekonomi negara ASEAN dengan enam negara mitra dialog, meliputi China, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru dan India yang ditargetkan diberlakukan mulai tahun 2016) mendatangkan konsekuensi persiapan yang matang di dalam negeri, melibatkan dunia usaha, ekonom dan pemerintah daerah.

Persiapan matang perlu dilakukan oleh semua pihak, karena dalam proses integrasi ekonomi akan terdapat kesepakatan kebebasan mobilitas barang  dan jasa, bahkan lebih jauh kebebasan mobilitas faktor-faktor produksi. Kebebasan mobilitas diantaranya  melalui kesepakatan  penghapusan  hambatan ekonomi.

Pilar Pertama  : Sebuah Ancaman

Pada Pilar Pertama cetak biru MEA, dinyatakan bahwa : ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan aliran modal yang lebih bebas.

Bila Indonesia tidak siap, maka aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan modal, terlihat sebagai ancaman daripada peluang.

Aliran bebas barang dan jasa yang membanjiri pasar Indonesia, menyebabkan pabrik pembuat barang dan penyedian jasa gulung tikar karena tidak mampu bersaing.  Pengangguran melonjak, investasi terhenti, modal lari keluar negeri dan pemerintah kehilangan pendapatan dari pajak.

Aliran bebas barang dan jasa biasanya terkait dengan inisiatif penurunan tarif dan non tarif serta fasilitas perdagangan. Pemerintah harus bertindak hati-hati dalam melakukan perundingan, terutama untuk produk-produk yang memiliki keunggulan komparatif yang relatif sama diantara negara ASEAN, terutama produk yang berbasis alam, seperti  : pertanian, produk kayu, perikanan dan produk karet.

Indonesia punya pengalaman buruk terhadap ketidak siapan dalam menghadapi kerjasama perdagangan bebas. Pengalaman mengadopsi pakta perdagangan bebas ASEAN – China tahun 2003, menurut Presiden, menjadi pelajaran. Realitas kurangnya sosialisasi dan kesiapan Indonesia menghadapi pasar bebas ASEAN – China membuat Indonesia  mengambil pilihan negosiasi ulang untuk sejumlah sektor.

“Kita tengah bekerja. Jajaran Kementerian Koordinator Perekonomian mengajak dunia usaha, ekonom dan pemerintah sendiri untuk mempersiapkan segalanya. Waktunya tinggal tiga tahun lagi. Jangan sampai kita gagap dan tidak siap,  menyalahkan sana-sini” kata Presiden.

——————–

Terbanggi Besar 28 Nopember 2012