TRUMP – EFFECT : Trump Menarik Diri dari Trans-Pacific Partnership (TPP)


Tindakan pertama Donald Trump setelah dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat adalah menyatakan secara resmi mundur dari kesepakatan Trans-Pasific Partnership (TPP) yang diinisiasi oleh Presiden Barack Obama. Ada 12 negara yang tergabung dalam TPP dengan AS sebagai pemimpinnya, yaitu : Kanada, Meksiko, Peru, Cile, Jepang, Vietnam, Malaysia, Brunei, Singapura, Australia, dan Selandia Baru.

Seharusnya keputusan ini tidak mengejutkan komunitas internasional, karena keputusan tersebut konsisten dengan janji kampanyenya. Bagi pendukung Trump, keputusan ini terlihat lebih menjanjikan, transaksi perdagangan bisa lebih menguntungkan dan lebih bisa  dinegosiasikan secara bilateral dengan negara-negara anggota TPP daripada melewati komunitas.

Trump juga mengungkapkan akan meninjau ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara – North American Free Trade Agreement  (NAFTA), suatu kesepakatan antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko yang diinisiasi oleh Presiden Clinton.

Kenyataan diatas menunjukkan bahwa dalam perdagangan Trump konsisten dengan sikap oposisi terhadap perdagangan multilateral, Trump lebih menyukai kesepakatan perdagangan bilateral –  bilateral trade agreement (BIT). Ini adalah kata lain dari penerapan ekonomi protektif, setelah AS sebelumnya menjalankan system perekonomian liberal.

Bagi para penentang, kebijakan perdagangan Trump berpengaruh negatif terhadap ekonomi AS.  Kebijakan perdagangan internasional Trump diperkirakan akan memicu perang dagang, terutama jika dilakukan secara agresif akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Diperkirakan proses re-negosiasi perdagangan dengan negara lain ber-resiko dapat menimbulkan friksi dan menelan biaya yang mahal.

Reformasi Radikal

Agenda makro ekonomi Trump menjanjikan reformasi radikal, yang paling utama adalah diterapkannya perdagangan proteksionisme. Cina dituding melakukan currency manipulator,  sehingga diserukan untuk dikenai tarif  45% dari impor Cina ke AS. Trump juga menyerukan pengenaan tarif 35% dari produk impor dari bisnis AS yang produksinya berdasarkan outsourcing  di Meksiko.

Trump menerapkan perdagangan proteksionisme bukan tanpa alasan. Indikator ekonomi AS memang muram. Dengan PDB 16,77 triliun dolar AS, deficit anggarannya mencapai 4.4 % PDB sedangkan utang pemerintah mencapai 106 % PDB. Jumlah utang luar negeri mencapai 40,8 %  dari total utang dunia.

Cina mungkin akan  membalas dengan memberlakukan tarif atas US barang impor dan Meksiko mungkin melakukan hal yang sama. Penurunan lebih lanjut dalam ekspor akan membuat aktivitas ekonomi Cina berkontraksi  dengan implikasi yang dapat memicu resesi global.  Mengelola kejatuhan ekonomi tidak akan mudah bagi pemerintah Cina, terutama kekhawatiran terhadap stabilitas politik dalam konteksnya bahwa sektor ekspor merupakan sumber penting dari ketersediaan lapangan pekerjaan.

Meksiko juga akan terpengaruh, ekspor ke AS lebih besar nilainya dibanding ekspor gabungan dari 15 mitra dagang lainnya. Dapat dipastikan, bisnis Amerika yang beroperasi di Meksiko akan terpengaruh, menekan keuntungan dan berpotensi menyeret perkonomian ke dalam jurang resesi. Pada gilirannya, akan berdampak pada negara-negara Amerika Latin yang melakukan  ekspor ke Meksiko.

——–